Budidaya Buah Organik |
Pemberian pupuk secara kimia, penggunaan pestisida tidak dilakukan. Pemeliharaan tanaman yang dilaksanakan hanya pemberian pupuk kandang, itupun kalau kebetulan petani tersebut memelihara hewan ternak. Petani tidak memberikan masukan (input) terhadap tanamannya. Hanya pada saat penanaman awal saja petani melakukan pemupukan dengan pupuk buatan sampai tanaman mulai kelihatan tumbuh subur. Setelah itu, pemberian pupuk buatan akan dihentikan dan tanaman dibiarkan tumbuh secara alami.
Keadaan yang sama terjadi juga pada tanaman buah-buahan yang tumbuh di kebun atau hutan yang jauh dari pemukiman penduduk. Pada awalnya, diberi pupuk buatan sampai kelihatan tumbuh subur, setelah itu dilihat pemiliknya satu kali dalam sebulan walaupun belum tentu dilakukan secara rutin. Petani hanya melihat menjelang musim panen tiba untuk membersihkan rumput di sekitar tanaman dan kemudian akan mendirikan gubuk kecil pada saat musim berbuah tiba sebagai tempat berteduh, menunggu saat musim panen tiba. Kondisi seperti ini berjalan terus dari waktu kewaktu dan melibatkan hampir sebagian besar petani buah-buahan terutama di luar Jawa.
Sistem Penanaman
Cara budidaya (sistem penanaman) pertanian organik berbeda dibandingkan budidaya pada pertanian konvensional. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari beberapa hal seperti jenis tanaman yang diusahakan, cara penanaman, waktu tanam, bahan dan alat yang digunakan dan sebagainya. Berbagai cara atau sistem penanaman dapat dipilih untuk disesuaikan dengan kondisi lokasi setempat, antara lain:
(1) Multiple Cropping, yaitu cara membudidayakan tanaman dengan menanam lebih dari satu jenis tanaman pada lahan yang sama selama satu tahun dengan tujuan untuk mendapatkan hasil panenan lebih dari satu kali dan lebih dari satu jenis penanaman;
(2) Kombinasi tanaman, merupakan gabungan dua atau lebih tanaman dalam satu lahan. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam perencanaan penanaman tanaman campuran atau kombinasi tanaman meliputi (a) umur tanaman, (b) bentuk tubuh tanaman, (c) toleransi tanaman terhadap cahaya dan naungan, (d) kebutuhan nutrisi, (e) bentuk perakaran, dan (f) companion planting, yaitu penanaman satu jenis tanaman berdampingan dengan jenis tanaman lainnya yang saling melengkapi dari segi tuntutan fisik dan kimia;
(3) Penanaman tanaman perangkap hama, dilakukan dengan penanaman jenis tanaman yang lebih disukai oleh hama ditengah-tengah atau di sekitar tanaman utama;
(4) Penanaman tanaman penolak hama, dilakukan dengan menanam jenis tanaman yang tidak disukai oleh hama di sekitar tanaman utama. Tanaman penolak hama ini akan melindungi tanaman didekatnya dengan bau-bauan yang dikeluarkan, bentuk dan warna daun/bunga yang khas yang tidak disukai hama sehingga hama akan menjauh dari tanaman utama;
(5) Menggunakan varietas yang tahan organisme pengganggu tanaman untuk mengatasi penyakit-penyakit atau hama tertentu, penggunaan varietas-varietas yang tahan terhadap serangan hama atau penyakit; dan
(6) Tanaman pemecah angin (Windbreaker), untuk mengurangi risiko rebahnya tanaman oleh angin yang kencang, selain berfungsi sebagai habitat predator untuk pakan ternak atau sebagai pestisida hayati. Tanaman-tanaman yang dapat digunakan untuk keperluan ini, antara lain turi, lamtoro, kelor, gamal dan kaliandra.
Budidaya pertanian secara organik tidak semata-mata menggantungkan segala sesuatunya pada alam, namun manusia dapat berperan secara aktif untuk memanfaatkan sumber daya alam yang ada secara bijaksana dan ramah lingkungan. Usaha manusia yang dapat dikategorikan sebagai pendukung budidaya pertanian secara organik, antara lain penambahan zat organik ke dalam tanah.